Guest book
Popular Posts
-
Artikel Ilmiah Non-Penelitian ANALISIS KURIKULUM 2006 DAN KURIKULUM 2013 MAPEL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Oleh: Dewi Wulandari NI...
-
Artikel Ilmiah Non-Penelitian PERBANDINGAN KEMAMPUAN SISTEM POLITIK DEMOKRASI PANCASILA ERA ORDE BARU DENGAN DEMOKRASI PANCASILA ERA ...
-
Artikel Ilmiah Non-Penelitian MODEL PEMBELAJARAN PKN Oleh: Dewi Wulandari NIM K6413020 Progam Studi Pendidikan Pancasila dan Ke...
-
Artikel Ilmiah TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI PEMBENTUK ESTETIKA KOTA SOLO Oleh: Dewi Wulandari NIM K6413020 Progam Studi Pendidik...
-
E PISTIMOLOGI M ULTIKULTURALISME Mahfud Choirul. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : ...
-
Resensi MULTIKULTURALISME DAN KEWARGANEGARAAN DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN INDONESIA Oleh: Dewi Wulandari NIM K6413020 Progam Stu...
-
Artikel Ilmiah Non-Penelitian PERENCANAAN PEMBELAJARAN PKN Oleh: Dewi Wulandari NIM K6413020 Progam Studi Pendidikan Pancasil...
-
Artikel Ilmiah Non-Penelitian PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Oleh: Dewi Wulandari NIM K6413020 Progam Studi Pendidikan...
-
Artikel Ilmiah Non-Penelitian KOMUNIKASI POLITIK Oleh: Dewi Wulandari NIM K6413020 Progam Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarg...
-
Artikel Ilmiah Non-Penelitian ANALISIS SISTEM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 DITINJAU DARI SISI KEDAULATAN RAKYAT & DEMOKRASI Oleh...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Diberdayakan oleh Blogger.
Site Categories
Mengenai Saya
About
Rabu, 27 April 2016
Artikel Ilmiah Non-Penelitian
KOMUNIKASI POLITIK
Oleh: Dewi Wulandari
NIM K6413020
Progam Studi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pola Komunikasi Politik
Komunikasi politik- transmisi informasi
yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik kepada sistem
politik yang lain, dan antara sistem sosial dan sistem politik- merupakan unsur
dinamis dari suatu sistem politik. [1]
dan proses sosialisasi, partisipasi dan
pengrekrutan tergantung pada komunikasi. Komunikasi dari pengetahuan,
nilai-nilai dan sikap-sikap adalah fundamental bagi ketiga hal tadi, karena
semuanya menentukan bentuk aktivitas politik yang bersangkutan.
Dalam
komunikasi politik terdapat 3 unsur, yakni
–
Sumber Informasi
–
Saluran (media) &
–
Penerima informasi (audience)
Jadi dalam suatu sistem komunikasi
politik, sumber yang tipikal mungkin adalah seorang calon untuk pemilihan bagi
suatu jabatan politik; pesannya merupakan serangkaian usul politik, salurannya
berupa siaran televisi, pada waktu kampanye pemilihan umum, pidato umum dll,
pendengarnya adalah anggota kelompok pemilih yang kebetulan memperhatikan
siaran, dan umpan baliknya dalah persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap
usul-usulnya.
Sumber informasi bisa berasal dari
seseorang atau institusi yang mempunyai data dan bahan informasi (pemberitaan,
wacana atau gagasan) untuk disebarkan kepada masyarakat luas.
1.
Komunikator
Politik
Komunikator politik memainkan peran yang
utama, terutama dalam proses opini publik. Karl Popper menegaskan bahwa para
pemimpin menciptakan opini publik karena mereka berhasil membuat beberapa
gagasan yang diterima, meskipun awalnya ditolak terlebih dahulu. Oleh karena
itu opini publik dipahami sebagai
tanggapan terhadap gagasan dan usaha komunikator dalam meyakinkan publik.
Dam Nimmo mengindentifikasi 3 kategori
kominikator politik, yakni
a.
Politikus yang bertindak sebagai komunikator politik.
Politikus
adalah orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk kegiatan
berpolitik, politikus mencari pengaruh melalui komunikasi. Politikus
berkomunikasi sebagai wakil suatu kelompok dan pesan-pesan politikus itu untuk
mengajukan dan melindungi kelompoknya.
b.
Komunikator profesional dalam politik.
Seorang
komunikator profesional menurut James Carey adalah orang makelar simbol, orang
yang menerjemahkan sikap, pengetahuan, dan minat suatu komunikasi bahasa ke
dalam istilah-istilah komunitas bahasa yang lain yang berbeda, tetapi menarik
dan dimengerti.
c.
Aktivis atau komunikator paruh waktu (partime).
Adalah
mereka yang terdapat dalam organisasi dan interpersonal yang terikat dalam
jaringan media perintah. Pada umumnya mereka tidak menginginkan jabatan pada
pemerintah, ia cukup terlibat baik dalam politik maupun dalam komunikasi
sehingga dapat disebut aktivis politik dan semiprofesional dalam komunikasi
politik.
2.
Isi (pesan
makna) Komunikasi Politik
Isi atau pesan dalam komunikasi politik
terungkap dalam bentuk gelombang bahasa dan opini publik. Hal tersebut
merupakan penjelasan dari apa yang dikatakan oleh komunikator politik.
Kegiatan simbolik adalah kata-kata dalam
politik yang menjangkau uangkapan yang dikatakan atau dituliskan, kepada
gambar, lukisan, foto, film dsb. Bahkan, kata-kata politik sering ditampilkan
secara simbolik berupa, lambang-lambang, hal yang dilambangkan & interpretasi
yang menciptakan lambang-lambang yang bermakna. Misalnya jika kita memikirkan
selembar kain berwarna merah dan putih maka akan merujuk pada bendera lambang
Negara Indonesia.
Bahasa merupakan hal yang yang penting
dalam menyampaikan informasi. Namun, karena sifat bahasa itu terbatas dan
abstrak, kesalahan dalam penggunaan bahasa ketika menyampaikan pesan sangat
mungkin terjadi. Kesalahan-kesalahan tersebut yakni sebagai berikut.
a.
Kemandekan pada
suatu abtraksi. Abstraksi level tinggi misalnya kata keadilan, umat kebebasan
umat manusia. Ketika kata-kata tersebut dipakai dalam sebuah pesan yang tidak
meyertakan kata-kata pada level abstraksi rendah, sulit untuk mengetahui apa
yang disampaikan oleh pesan tersebut.
b.
Kegagalan dalam
menyampaikan pesan karena pengenalan terhadap pendengar dan penonton tidak
tepat, sehingga bahasa yang digunakan juga tidak tepat. Komunikator menyamakan
anggota kelompok yang berbeda dengan kata lain komunikator menggeneralisasikan
sebuah perbedaan kelompok.
c.
Hanya ada 2
kemungkinan jika dihadapkan pada banyak kemungkinan. Bahasa berperan dalam
tendensi ini karena sering hanya ada dua kata berlawanan yang tersedia untuk
mendeskripsikan sebuah situasi.
d.
Proyeksi tanpa
sadar adalah tidak sengaja memproyeksikan pengalaman masa lalu, tujuan dan
prasangka pada persepsi kita.
Agar pesan bisa efektif, tim kampanye
perlu mendesain sebuah pesan sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku
seperti yang diinginkan oleh komunikator. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a.
Strategi yang
akan dipilih
b.
Pesannya relevan
dengar pendengar dan penonton
c.
Pesan didesain
untuk mendapat perhatian
d.
Mudah diingat
dan
e.
Membangkitkan
motivasi
Oleh karena itu sangat penting lagi
seorang komunikator untuk menyampaikan pesan secara tepat dan “tidak rumit”
sehingga mudah ditafsirkan oleh penerima. Harapannya akan tercipta sebuah
perubahan perilaku atau keyakinan seperti harapan komunikator. Bahasa memegang peranan
yang cukup penting dalam penyampaian informasi baik berupa verbal, nonverbal
maupun gambar.
Langkah yang terakhir untuk membuat
sebuah evaluasi pesan yang sudah dikomunikasikan kepada pendengar dan penonton
yakni;
a.
Penyelesaian
terhadap fakta yang dianggap paling penting adalah kunci, karena sebuah pesan
hanya efektif jika menunjukkan pada masalah tunggal. Fakta kunci dapat mendorong kebutuhan untuk;
–
Mengeliminasi
masalah pendengar dan penonton
–
Mengoreksi
kesalahan persepsi dari pendengar dan penonton
–
Memperkuat
sebuah keuntungan jika sebuah progam diluncurkan
–
Memperkuat
alasan yang sudah dimiliki untuk menyetujui sebuah ide
–
Mengisi sebuah
kekosongan
b.
Mengindetifikasi
harapan dari pendengar dan pononton untuk mengubah perilaku mereka.
c.
Mendefinisikan
pernyataan dukungan yang berisi alasan mengapa pendengar dan penonton harus
mempercayai harapan tersebut.
d.
Menggambarkan
persaingan untuk pesan agar pesan yang disampaikan membawa manfaat bagi mereka.
e.
Mengembangkan
pernyataan kesan akhir setelah pendengar dan penonton menerima pesan.
f.
Menggambarkan
profil kebutuhan atau keiinginan pendengar dan penonton.
3.
Saluran Media
Politik dan Media massa
Saluran komunikasi politik dapat berupa,
pertama, Komunikasi Tatap Muka yaitu
dalam rapat umum, konferensi pers, dan Komunikasi Berperantara yaitu ada
perantara antara komunikator dan khalayak, contoh TV. Kedua, Komunikasi Interpersonal yaitu
komunikasi ’satu-kepada-satu’ contohnya door to door visit, temui publik atau
Komunikasi Berperantara yaitu pasang sambungan langsung ‘hotline’ buat publik.
Ketiga, Komunikasi Organisasi yaitu
gabungan komunikasi ’satu-kepada-satu’ dan ’satu-kepada-banyak’: Komunikasi
Tatap Muka, contohnya diskusi tatap muka dengan bawahan/staf dan Komunikasi
Berperantara contohnya pengedaran memorandum, sidang, konvensi, buletin,
newsletter, lokakarya. audience adalah
orang atau kelompok dan masyarakat yang menajdi sasaran informasi atau pihak
yang diterpa informasi.
Peranan media massa dalam Komunikasi politik
menggambarkan cara-cara tertentu dalam dalam mana seluruh proses politik
terintegrasi dalam jaringan komunikasi sosial yang lebih luas, dan pada umumnya
media massa itu sendiri mutlak bersifat politis ataupun padat dengan
masalah-masalah politik. Kecuali dalam masyarakat primitif yang dicirikan
dengan tingkatan melek-huruf yang rendah
dan tidak memiliki keahlian teknis dan sarana untuk mengembangkan media massa
modern.
Pola komunikasi khusus yang dikembangkan
oleh sistem politik, tidak boleh tidak bergantung pada berbagai faktor dalam
masyarakat. yang paling penting adalah faktor fisik, teknologis, ekonomis,
sosiokultural dan politis. Perkembangan historis dari jaringan komunikasi erat
hubungannya dengan faktor fisik dan teknologis. Pada masa lalu, pola komunikasi
sebagian besar ditentukan oleh mudah atau sukarnya secara relatif komunikasi
fisik dan oleh berbagai limitasi teknis yang membatasi luas dan cepatnya
informasi tersebut dapat disebarkan.
[1] Lihat
Karl W. Deutsch, The Nerves of Goverment:
Models of Political Communication and Control dalam Michael Rush dan
Phillip Althoff Terjemahan Kartini Kartono, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
2013) hal 253
Label:
POLITIK
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar